
Over The Rainbow
Mereka dikenal dengan julukan Genk Sembilan. Fislosofi namanya
Tring…
Tring…
Terdengar nada pemberitahuan chat masuk di group alumni SMP Akasia. Sebetulnya, ia jarang sekali menanggapi tiap percakapan yang ada disana, hanya sesekali sekadar melihat isi percakapannya saja, namun beberapa hari ini ia sengaja mengaktifkan bunyi dering di pengaturan chat groupnya itu untuk mengikuti informasi perihal rencana diadakannya agenda rutin reuni tahunan sekolah menengah pertama negeri yang pernah di enyamnya. “Nepam” Nama group SMP nya itu, yang berarti singkatan dari jalan dimana gedung sekolah SMP dia berada.
Triing…
Sebuah notifikasi berbeda masuk di gawainya, dengan masih bersandar pada kursi putar di meja kerjanya, ia lihat sebuah nama pengirim di aplikasi chatnya itu.
“Riri” Akasia kernyitkan dahi kala mengetahui nama pengirimnya.
Seorang perempuan yang satu SMP dengan dia.
Assalamualaikum, Ka? Eh, bay the way, gimana kabar lu? – Bunyi pesan dari Riri
Sebuah pertanyaan yang cukup membuat akasia sampai menghela napas sejenak sesaat sebelum ia mengetikan sebuah kalimat balasan.
Wa alaikum salam, Hm.. Kabar gue, ya beginilah Ri, nggak pernah jauh lebih baik sejak terakhir kali kita ketemu.
Tring…
Dih! Apaan sih elu tuh, ka! Gue nanya serius juga
Akasaia tertawa kecil saat membaca respon balasan riri, sebab ia sangat tau dan begitu mengenal sahabat semasa remajanya itu.
Wkwkwk, iyeee Canda Ri, elu kayak yang baru kenal gue aja, O ya, Alhamdulillah, kabar gue baik, kabar lu sendiri gimana, Ri?
Lu tuh, ya! Nggak pernah berubah dari dulu, coba deket dah gue tampol! :D Syukur deh kalo gitu. Alhamdulillah ka, gue pun baik. O ya elu masih di Jaksel kan?
Hahaha, Ampun deh sama teteh mantan ketua paskib mah! Masih aja galaknya nempel :p, Absolutely, gue masih di jkt kok, elu sendiri masih di bandung?
Hahaha, (((Absolutely))) Anjay! Virus prokem nak jaksel mah beda! Mendadak roaming gue! Haha!, Umm, ya masih lah Ka, namanya juga abdi negara, ya nggak gampang buat pindah-pindah tempat.
Wkwkwk, sengaja gue ngomong gitu tadi Ri, aslinya ya jijik juga kalo beneran ngikutin yang lagi viral mah! O iya, ya. Baek-baek lah kalo gitu ngabdi untuk negara, karena gimanapun, gaji elu tuh salah satunya dari pajak yang gue keluarin tiap nyetarbaks! Wkkwk
Kampret emang lu nih! Ya bener lah! hehe, Ka? Minggu depan elu hadir kan, di acara reuni nepam?
Insya Allah, Ri. Kemungkinan besar hadir, karena gue sekarang banyak waktu luang. Hehe, Btw, Elu hadir juga kah?
Maksudnya banyak waktu luang? Insya Allah gue datang juga, soalnya gue ada agenda untuk pulkam juga untuk hadirin wisuda si Farhan, adek gue yang acaranya tuh sehari sebelum tanggal reunian, jadi kan bisa sekalian gitu alasan urus cuti nya, hehe.
Iya Ri, gue baru aja resign sih, beberapa waktu lalu. Jadi pengacara deh sekarang, :)) Wah, waktu cepet bener ya berlalu, perasaan baru kemarin adek lu itu masuk kuliah, tau-tau udah wisuda aja.
Aih! Serius lu, ka! Emang kurang gede apa gaji di tempat gawe lu itu? Ya, kadang gitu sih waktu, bisa secepat peluru juga kadang melambat saat kita sedang menunggu sesuatu, hehe
Asiiik! Asik bener kalimat terakhir lu barusan, haha! Bukan soal uang, Ri. Tapi lebih ke suasana kerja gue itu makin lama support systemnya kurang aja, Wkwkwk
Kan, kan! Mulai deh kamus nak jakselnya keluar! :@ Eh, udah dulu ya ka, Tunangan gue telpon nih, di sambung lain waktu ya, bye.
Hahaha… ya, keceplosan aja. Oke deh, Ri. Bye.
Akasia mengkahiri chatnya dengan Riri, usai meletakan gawai di atas meja, dalam sandaran kursi sambil menatap kosong ke arah layar laptop, seketika pikiranya mengawang, memutar saat-saat ketika ia masih duduk di bangku smp, kenangan bersama sahabat perempuannya itu terkilas seperti potongan sebuah film pendek, terbayang lintasan adegan ketika ia dan riri sama-sama aktif di ekskul paskibra juga pertemanan mereka yang terus berlanjut walau ketika lulus smp keduanya mengambil jalur yang berbeda. Akasia masuk ke sekolah kejuruan negeri teknik mengambil jurusan komputer jaringan, sedangkan riri masuk ke salah salah satu sma negeri masih di kota yang sama, sebuah kota kecil dekat jantung provinsi Jawa Barat.
Ketika Akasia STM, ia masih sering bertemu dengan riri, sebab gedung sekolah mereka saling berhadapan persis, hanya di pisahkan sebuah jalan yang memang terkenal sebagai pusatnya pendidikan di kota itu. Akasia adalah anak tunggal, pertemuan terakhir dengan riri lima tahun lalu adalah saat paling kelam dalam perjalanan hidup akasia, yaitu ketika sang ibunda pergi meninggalkan ia selamanya, di momen pemakaman ibunda akasia itulah riri datang dan sejak itu mereka belum pernah saling bertemu kembali, hanya saling berkabar lewat gawai.
Setahun setelah Ibundanya berpulang, sosok lelaki yang akasia panggil sebagai Ayah, menikah dengan perempuan muda yang tak lain adalah ibu tiri akasia. Sejak saat itu pula hubungan akasia dengan sang ayah dan ibu tirinya tidak pernah baik, akasia dan kedua orang tuanya itu berkomunikasi hanya ketika akasia pulang ke kampung halamannya, itupun hanya ngobrol seperlunya, tak heran sampai detik ini seolah ada jarak yang begitu panjang antara mereka.
Akasia pun seketika tersadar dari lamunannya, tiba-tiba telapak tangan kanannya menggenggam mouse, menggeser kursor, mengklik icon Notepad kemudian mengetikan sesuatu diatas sana.
“Adakalanya waktu terasa bergerak secepat peluru namun terkadang seolah melambat seperti halnya ketika kita tengah menunggu sesuatu atau mungkin pertemuan dengan sesorang, mungkin juga rindu.”
Akasia mengutip kalimat yang riri kirimkan saat mereka chat beberapa saat lalu namun dengan sedikit gubahan dan tambahan kata di akhir kalimatnya.
Indonesian Randoms Bloggers.
Arungnadir.com adalah rumah yang saya bangun sebagai wadah untuk menuangkan segala hal yang ingin saya tulis tentang apapun yang saya sukai. Semoga dengan itu rumah ini bisa berbagi kebermanfaatan.
“Bagi Gue, Kehidupan seperti halnya kepingan-kepingan pudzle yang dititipkan Tuhan untuk kita susun satu demi satu hingga kepingan tersebut menjadi satu bagian utuh. Dan ketika susunan pudzle itu telah sempurna, selalu ada pudzle lainnya yang menunggu untuk kita tuntaskan.”
Mereka dikenal dengan julukan Genk Sembilan. Fislosofi namanya
Akasia baru saja tiba di Stasiun Gambir, begitu
Tring….. Tring…. Pijar redup lampu biru, sayup-sayup suara
Terdengar nada pemberitahuan chat masuk di group alumni
Jakarta, Juni 2021… Cahaya mentari pagi menyingsing dan
Aku baru saja memarkirkan motor matic hitamku di