
Akasia And The Secret Door (Bagian 3)
Akasia baru saja tiba di Stasiun Gambir, begitu
Di dadaku pernah kau lepas cemas
dengan kata yang paling sederhana
warna jujur terbentuk menjadi telaga
luas yang air mta dan tabah menyatu
menatap sendu
Di dadaku pernah kau lempar
harap dengan segenap hati
yang utuh tanpa peluh walau
nyata berdiri di kaki-kaki jarum
jam mati kamar itu
Lalu peluk jadi derai dan isak
menemukan tempat untuk ratap
getir yang tak pernah berlalu cepat
juga ampun yang tak terucap
Di dadaku kau selalu ingin jatuh
sementara sinar rembulan di tepi
malam mulai mencerca rasi bintang
utara perihal takdir lebih kejam dari sepi
Di dadaku akhirnya kau mewujud
epilog dari awal yang gemintang
menjelma deras hujan kelabu
Lalu akankah waktu kembali
serupa dahulu?
Tanpaku
Indonesian Randoms Bloggers.
Arungnadir.com adalah rumah yang saya bangun sebagai wadah untuk menuangkan segala hal yang ingin saya tulis tentang apapun yang saya sukai. Semoga dengan itu rumah ini bisa berbagi kebermanfaatan.
“Bagi Gue, Kehidupan seperti halnya kepingan-kepingan pudzle yang dititipkan Tuhan untuk kita susun satu demi satu hingga kepingan tersebut menjadi satu bagian utuh. Dan ketika susunan pudzle itu telah sempurna, selalu ada pudzle lainnya yang menunggu untuk kita tuntaskan.”
Akasia baru saja tiba di Stasiun Gambir, begitu
Tring….. Tring…. Pijar redup lampu biru, sayup-sayup suara
Terdengar nada pemberitahuan chat masuk di group alumni
Jakarta, Juni 2021… Cahaya mentari pagi menyingsing dan
Aku baru saja memarkirkan motor matic hitamku di
Apakah hanya kebahagiaan saja yang mestinya pantas untuk